BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelum pembahasan perihal paradigma
penelitian pendidikan, perlu ditegaskan bagaimana posisi masalah, tujuan
penelitian, dan karakteristik data dalam konteks pemilihan paradigma penelitian
pendidikan. Masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum memilih paradigma penelitian
tertentu. Dengan demikian, paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab
masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan
karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena
itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan
melalui penelitian, tujuan apa yang akan dicapai, dan bagaimana
karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan
paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan
alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan
masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan
mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma
penelitian pendidikan?
2.
Sebutkan 7 karekteristik penelitian pendidikan?
3.
Sebutkan langkah-langkah penelitian?
4.
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian?
5.
Apa prinsip –prinsip pemilihan paradigma penelitian?
6.
Apa kegunaan (manfaat) penelitian?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian
pendidikan?
2.
Untuk mengetahui 7 karekteristik penelitan pendidikan.
3.
Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian.
4.
Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian
5.
Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip pemilihan
paradigma penelitian?
6.
Untuk mengetahui apa kegunaan (manfaat) penelitian?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian penelitian dan paradigma penelitian
pendidikan
Secara umum, penelitian diartikan
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara
sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan
analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif
ataupun kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau
noninteraktif. Metode penelitian adakalanya juga disebut “metodologi
penelitian” (sebenarnya kurang tepat tetapi banyak digunakan), dalam makna yang
lebih luas bias berarti “desain” atau rancangan penelitian.
Penelitian merupakan upaya untuk
mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. McMilan dan Schumacher Mengutip pendapat Walberg
(1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu (1)
mengindetifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) melakukan
replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5)
menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksanaan.
Paradigma
penelitian
merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti
terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu
masalah, serta kriteria
pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma
penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan
penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan
sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa
yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan apa yang akan dicapai, dan
bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum
menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma
penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti
untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti,
jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih
alat potong atau pisau bedah tertentu.
Dalam referensi penelitian, istilah yang digunakan itu
menyebut paradigma beragam, ada yang menggunakan paradigma, tipe, atau desain.
Belum lagi dikacaukan dengan metodologi dan metode. Paradigma (paradigm)
bersifat perspektif atau berisi pandangan-pandangan penelitian sejalan dengan
paradigma yang dipilih.
2.2
Karakteristik
Penelitian Pendidikan
Dapat dikemukakan beberapa
karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :
1. Objektivitas
Objektivitas
dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam
prosedurnya,
penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang
memungkinkan dibuat
interprestasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga menunjukkan kualitas data
yang
dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.
2. Ketepatan
Penelitian
juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision),
secara teknis instrument pengumpulan
datanya harus memiliki validitas dan
reliabilitas yang memadai, desain penelitian, pengambilan
dampel dan teknik
anasisnya tepat.
3. Verifikasi
Penelitian
dapat diverifikasi , dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan di ulang dengan
cara yang
sama atau berbeda. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan
kepada ilmu atau studi lain.
4. Penjelasan
Ringkas
Penelitian
mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan
menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu
penelitian adalah
mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang
singkat.
5. Empiris
Secara umum
empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris
kesimpulan
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunkan
metode penelitian yang
sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan.
6. Penalaran
Logis
Semua kegiatan
penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan proses berpikir,
menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif atau deduktif.
7. Kesimpulan
Kondisional
Kesimpulan
hasil penelitian tidak bersifat absolute. Penelitian perilaku, dan juga ilmu
kealaman, tidak
menghasilkan kepastian, sekalipun kepastian relative.
2.3
Langkah –langkah Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses
yang terdiri atas beberapa langkah. Langkah ini bukan suatu yang sekuensial
atau langkah-langkah yang harus diikuti secara kaku. Proses penelitian adalah sesuatu kegiatan interaktif
antara penelitian dengan logika, masalah, desain dan interprestasi. Adapun
langkah-langkah penelitian yaitu
1. Mengidentifikasi
masalah
Kegiatan
penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting
(esensial),
hangat (actual), dan mendesak (krusail) yang dihadapi saat ini, dan
yang paling banyak arti atau
kegunaannya bila isu atau masalah tersebut
diteliti.
2. Merumuskan
dan membatasi masalah
Perumusan
masalah merupakan perumusan dan pemetaan factor-faktor, atau variable-variabel
yang
terkait dengan focus masalah.
3. Melakukan
studi keperpustakaan
Studi
keperpustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari
penelitian,
baik teori yang berkenanan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun
metodologi.
4. Merumuskan
hipotesis atau pertanyaan penelitian
Rumusan
hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan
pengolahan data statistic inferensial.
5. Menentukan
desain dan metode penelitian
Desain
penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian, dengan
menggunakan
pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber
data tertentu serta
alasan-alasan mengapa menggunakan metode tersebut.
6. Menyusun
instrument dan mengumpulkan data
Dalam
pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan keakuratan data yang
diperoleh,
segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu
mendapatkan perhatian.
7. Menganalisis
data dan menyajikan hasil
Analisis
data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau
menganalisis data.
8. Menginterpretasikan
temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.
Interprestasi
dibuat dengan melihat makna hubungan anatara temuan yang satu dengan yang
lainnya,
antara temukan dengan konteks tau hal-hal yang melatarbelakanginya,
dengan teori yang
mendukungnnya ataupun dengan kemungkinan penerapannya.
Kesimpulan
merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpresrasi temuan penelitian.
Rekomendasi
merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam
memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
2.4
Jenis –
Jenis penelitian
@ Berdasarkan Pendekatan :
1.
Penelitian
Kuantitatif
Paradigma penelitian kualitatif adalah paradigma
penelitian yang berisi pandangan-pandangan atau keyakinan bahwa fokus
penelitian adalah kualitas (hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut di
antaranya adalah fenomenologi dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah
kerja lapangan, etnografis, grounded, tujuannya adalah pemahaman,
deskripsi, temuan, dan pemunculan hipotesis, desain yang digunakan bersifat
lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis, latar penelitiannya alamiah, sumber
data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak, pengumpulan data dengan
memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama, modus analisis induktif, dan
temuannya komprehensif dan holistik serta mementingkan transferabilitas
(Alwasilah, 2002).
Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan
penelitian kuantitatif yang didasarkan pada postpositivisme. Penelitian
kuantitatif mencakup penelitian survai, deskriptif causal comparative,
retrospektif (ex-post facto), pre-experimental, quasi-experimental, true
experimental, korelasional, dan eksperimen kompleks dengan banyak variabel dan
perlakuan (seperti desain faktorial dan desain pengukuran berulang).
Paradigma
kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji
hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),
positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist).
Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan
antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan
untuk menguji teori.
Ciri
Paradigma penelitian kuantitatif :
a.
Paradigma tradisional,
positivis, eksperimental, empiris.
b.
Menekankan
pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka
dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
c.
Realitas
bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
d.
Peneliti
independen terhadap fakta yang diteliti.
e.
Bebas
nilai dan tidak bias.
f.
Pendekatan
deduktif.
g.
Pengujian
teori dan analisis kuantitatif.
2.
Penelitian
Kualitatif
Paradigma penelitian
kuantitatif adalah paradigma penelitian yang mempunyai keyakinan bahwa fokus
penelitian merujuk kepada kuantitas (berapa banyak) dengan menggunakan landasan
filsafat positivisme dan empirisme. Kegiatan penelitian ini di antaranya
dilakukan melalui eksperimen dengan menggunakan analisis statistik. Tujuan
penelitian diarahkan kepada deskripsi, prediksi, kontrol, dan pebuktian
hipotesis. Desain ditentukan lebih awal dan cenderung terstruktur ”sempurna”
dengan menggunakan sampel besar, acak, dan representatif. Pengumpulan data
menggunakan tes, skala angka, survei, kuesener, dan hasilnya dianalisis
menggunakan statistik untuk memperoleh temuan yang persis untuk melakukan
generalisasi.
Paradigma
penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan apa dan
mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif, multirealitas
dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan teori.
Ciri
paradigma penelitian kualitatif :
a.
Pendekatan
konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
b.
Menekankan
pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realitas.
c.
Realitas
bersifat subyektif dan berdimensi banyak.
d.
Peneliti
berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e.
Tidak
bebas nilai dan bias.
f.
Pendekatan
induktif.
g.
Penyusunan
teori dengan analisis kualitatif.
@ Berdasarkan
Fungsi :
1.
Penelitian
Dasar
Penelitian
dasar yang sering disebut sebagai basic research atau pure
research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian
dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi
suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori
yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama
sekali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau
hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan
tentang fenomena yang diamati. (wibisono, 2002: 4-5).
Penelitian
dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori yaitu:
- Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang
bertujuan menguji teori pada keadaan tertentu.
-
Penelitian induktif,yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui
pengungkapan fakta.
Penelitian dasar lebih
diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan,
dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum dapat
dimanfaatkan secara langsung
akan tetapi sangat berguna untuk
kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip
dasar, hukum-hukum ilmiah, serta untuk
meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).
Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat
abstrak dan umum serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak
diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau
teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata
lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh penelitian dasar yang terkait erat
dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia.
Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
2.
Penelitian
Terapan
Penelitian
terapan berbeda dengan penelitian dasar, penelitian terapan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang khusus atau untuk membuat
keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode
ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta
dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis. Penelitian terapan
dibedakan atas:
- Penelitian dan
pengembangan, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut
mempunyai kualitas yang lebih baik.
-
Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk segera digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.
Penelitian
terapan atau applied research dilakukan
berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
penelitian dasar dalam kehidupan nyata.
Penelitian
terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan
utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau
kelompok maupun untuk keperluan industri atau politikdan
bukan untuk wawasan keilmuan
semata (Sukardi, 2003). Dengan
kata lain penelitian terapan adalah satu
jenis penelitian yang hasilnya
dapat secara langsung diterapkan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Penelitian
ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris
dan analisis dalam bidang-bidang tertentu.
Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat
umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi
dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi.
Penelitian
terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam
bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya
bidang kedokteran, pendidikan, atau
teknologi. Penelitian terapan
mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta
pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis.
Penelitian
terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan
menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah
tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru
tetapi meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985).
Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih
khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan berawal
dari permasalahan praktik dengan
maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil
kebijakan.
3. Penelitian Evaluatif
Penelitian
evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun
tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan tertentu
(Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan,
sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat
menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau
pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan
kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan,
menguji, atau membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja
yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Penelitian
evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi
yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai
keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti
menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui apakah implementasi
program yang telah
direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil
sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang
menjadi penyebabnya.
Penelitian
evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data
dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang
digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang
dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau
tidak. Atas dasar kegiatan tersebut,
penelitian evaluatif dimaksudkan
untuk membantu perencana dalam pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan
program, penentuan keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program,
menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan
sumbangan dalam pemahaman suatu program
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif
dalam bidang pendidikan
misalnya evaluasi kurikulum,
program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.
Satu
pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok
ukur atau kriteria. Mengevaluasi adalah
melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal,
kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara
kondisi nyata dengan kriteria (kondisi
yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya. Penelitian
evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang
berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti
sistematika dan metodologi secara benar
sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan
makna tersebut, penelitian
evaluatif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto,
2006):
1. Proses
kegiatan penelitian tidak menyimpang
dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi
penelitian ilmiah pada umumnya.
2. Dalam
melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir
sistemik yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang
terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama
lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3. Agar
dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya
identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi
keberhasilan program.
4. Menggunakan
standar, kriteria, dan tolok ukur
yang jelas untuk setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui
dengan cermat keunggulan dan kelemahan program.
5. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan
kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari
program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang
dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan
program yang dievaluasi.
6. Dari
hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat
sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7. Kesimpulan
atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi kebijakan atau
rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan
kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program
kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.
@ Berdasarkan
Tujuan
1.
Penelitian
Deskriftif
Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian berlangsung. Melalui
penelitian deskriptif, peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat
perhatian tanpa memberikan
perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti
bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih
dan satu variabel.
Penelitian
deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Perumusan
masalah. Metode penelitian manapun harus
diawali dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang jawabannya harus dicari menggunakan
data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang
menjadi kajian dalam studi ini. Dalam
penelitian deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau
mempelajari hubungan antara variabel.
2.
Menentukan
jenis informasi yang diperlukan. Dalam
hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif
ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi
dalam bentuk bilangan/angka seperti.
3.
Menentukan
prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur
penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber
data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam
penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara,
observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam
penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai
langkah-langkah guru mengajar, alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah
observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah
mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas,
permasalahan penelitian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga
memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
4.
Menentukan
prosedur pengolahan informasi atau data.
Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih
dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar.
Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
5.
Menarik
kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil
pengolahan data di atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif
dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua
jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian
secara keseluruhan.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji.
Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan
pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan
gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal
atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori dan mengklasifikasikan
subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk
menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
2.
Penelitian Prediktif
Tipe
lain dari penelitian pengetahuan adalah yang mencakup ramalan (prediksi), yaitu
kecakapan meramalkan fenomena (gejala) yang akan terjadi pada waktu tertentu
dengan menggunakan informasi dari waktu sebelumnya. Banyak studi-studi ramalan
telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang meramalkan keberhasilan para siswa di sekolah dan
dunia kerja.
Tujuan
lain dari penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi para siswa yang
mungkin tidak akan berhasil pada urutan berikutnya sehingga dengan demikian
program pencegahan dapat dilembagakan. Sebagai contoh, dengan mengumpulkan
berbagai informasi yang berbeda mengenai para siswa di kelas enam, dan
mengamatinya sampai mereka lulus dari sekolah menengah atau drop out, para peneliti
dapat menentukan informasi mana yang memberikan prediksi paling baik.
Pengetahuan prediksi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi para siswa
kelas enam yang memiliki risiko drop out.
3.
Penelitian
Improftif
Penelitian inproftif (improvetive reasearch)
ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan,
kegiatan atau pelaksanaan suatu program.
Secara umum, studi penelitian improftif ini
direncanakan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai intervensi-intervensi
yang mengontrol fenomena-fenomena penting. Sebagai contoh, seorang ahli
fisiologi menempatkan suatu elektroda yang ditanamkan pada otak seekor tikus
untuk mengetahui apakah intervensi (campur tangan) tersebut mempengaruhi
aktivitas otak tikus. Apabila penempatan elektroda pada otak tikus tersebut
(intervensi X) mempengaruhi aktivitas otak utama tikus (gejala Y), kita
mengatakan bahwa penempatan electroda tersebut “mengontrol” aktivitas otak.
Karena umumnya intervensi dalam penelitian pendidikan bertujuan untuk
meningkatkkan nilai outcome seperti pengetahuan para siswa, kita mengatakan bahwa penelitian ini
diorientasikan pada peningkatan (daripada pengontrolan).
Banyak studi penelitian yang telah dilakukan untuk
mengidentifikasi intervensi atau faktor-faktor yang ditranformasikan sebagai
intervensi untuk meningkatkan pencapaian/prestasi akademik para siswa. Herbert
Walberg dan kawan-kawannya telah mensistesis hampir 3.000 studi semacam ini
untuk mengidentifikasi potensi intervensi yang dapat meningkatkan performan
para siswa dengan melakukan bermacam-macam pengukuran terhadap prestasi
akademik. Sintesis Walberg mengenai penelitian ini menunjukkan bahwa para peneliti
pendidikan telah menemukan beberapa intervensi yang efektif untuk meningkatkan
prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menemukan intervensi-intervensi lain yang membuat pendidikan lebih
efektif melalui setting pendidikan yang berbeda dan untuk tipe-tipe siswa yang
berbeda pula.
4.
Penelitian
Eksplanatif
Penelitian
eksplanatif (penjelasan) merupakan yang paling penting dari seluruh penelitian
lainnya. Dengan arti tipe pengetahuan ini mencakup tiga pengetahuan lainnya. Jika para peneliti dapat menjelaskan
satu perangkat fenomena, artinya mereka dapat mendeskripsikan, meramalkan, dan
mengontrol fenomena dengan tingkat kepastian dan akurasi yang tinggi.
Penelitian eksplanasi memberikan teori-teori mengenai gejala-gejala yang akan
diselidiki. Banyak teori-teori penting yang telah dikembangkan oleh para
peneliti pendidikan. Sebagai contoh adalah teori produktivitas pendidikan yang
telah dikembangkan oleh Herbert Walberg. Teori tersebut, memiliki persamaan
dengan teori yang dikembangkan oleh Benyamin Bloom, John carroll, Robert
Glaser, dan lainnya yang berusaha menjelaskan mengapa beberapa siswa belajar
lebih banyak dari siswa lainnya dan bagaimana belajar dapat ditambah. Ilmu
pengetahuan teoritis merupakan sesuatu yang penting kerena akan memberikan
“formula” yang lebih ringkas untuk meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang
menyangkut individu-individu yang berbeda , setting, dan kejadian pada waktu
yang berbeda.
Herberg
Walberg (dalam Walter R. Berg) memberikan summary bahwa penelitian pendidikan
menghasilkan empat jenis pengetahuan penting yaitu: deskripsi mengenai fenomena
pendidikan; prediksi mengenai fenomena pendidikan; informasi mengenai
pengaruh-pengaruh dari peningkatan-yang berorientasi intervensi; dan teori-teori.
Dalam merefleksikan kerja mereka, para peneliti pendidikan memelihara
pengembangan ilmu pengetahuan baru mengenai bagaimana merencanakan dan
melaksanakan penelitian.
2.5
Prinsip-prinsip pemilihan paradigma
penelitian.
Prinsip umum pemilihan paradigma penelitian adalah
pilihlah paradigma penelitian sesuai dengan kebutuhan, yakni sesuaikan dengan
tujuan penelitian yang akan dicapai, masalah yang akan dipecahkan, dan
karakteristik data yang akan dikumpulkan. Paradigma yang dipilih diabdikan
kepada pencapaian tujuan penelitian, pemecahan masalah, dan karakteristik data
yang akan dikumpulkan.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal,
interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk
mengembangkan teori. Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan
antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan
untuk menguji teori. Paradigma penelitian kualitatif-kuantitatif dipilih bila penelitian
itu membutuhkan cara-cara kualitatif dan kuantitatif sekaligus untuk
menjelaskan fenomena dan tujuan penelitian.
2.6 Kegunaan
(Manfaat) Penelitian
Manfaat
atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi manfaat teoritis
dan manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian. Manfaat
praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki
kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta seseorang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
Contoh
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1. Pengembangan
Ilmu Pengetahuan
Hasil
penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan
ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk
meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas.
2. Bagi
Sekolah
Sebagai
bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru
agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa meningkat.
3. Bagi
Siswa
Meningkatkan
hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan pengetahuan dan
mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah
melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif.
4. Bagi
Guru atau Calon Peneliti
Sebagai
sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan
menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.
5. Bagi
Peneliti
Sebagai
sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan
terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah
praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan
efisien.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penelitian merupakan upaya untuk
mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori sedangkan Paradigma
penelitian
merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti
terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori.
Karateristik dari penelitian, khususnya
pendidikan yaitu :Objektivitas, Ketepatan, Verifikasi, Penjelasan Ringkas, Empiris,
Penalaran Logis, Kesimpulan Kondisional.
Adapun langkah-langkah penelitian
yaitu Mengidentifikasi masalah, Merumuskan dan membatasi masalah, Melakukan
studi keperpustakaan, Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian, Menentukan
desain dan metode penelitian, Menyusun instrument dan mengumpulkan data, Menganalisis
data dan menyajikan hasil, Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan
Rekomendasi.
Jenis – Jenis penelitian Berdasarkan
Pendekatan yaitu Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif. Berdasarkan
Fungsi yaitu Penelitian Dasar, Penelitian Terapan, Penelitian Evaluatif. Berdasarkan Tujuan yaitu Penelitian Deskriftif, Penelitian Prediktif, Penelitian Improftif, Penelitian Eksplanatif
3.2 SARAN
Saran
bagi pembaca agar lebih memahami tentang paradigma penelitian
pendidikan sehingga mampu menjadi calon pendidik yang mampu mencerdaskan
siswa/siswinya dalam menjelaskan teori mengenai paradigma penelitian pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://puterimarissa2.blogspot.com/2013/02/paradigma-penelitian-pendidikan.
html
http://wayanweb.wordpress.com/ptk/pendahuluan/kegunaan-hasil-penelitian/
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya