Menu

Pages

Minggu, 27 Oktober 2013

PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang
Sebelum pembahasan perihal paradigma penelitian pendidikan, perlu ditegaskan bagaimana posisi masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data dalam konteks pemilihan paradigma penelitian pendidikan. Masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum memilih paradigma penelitian tertentu. Dengan demikian, paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan  apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.

1.2    Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian pendidikan?
2.    Sebutkan 7 karekteristik penelitian pendidikan?
3.    Sebutkan langkah-langkah penelitian?
4.    Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian?
5.    Apa prinsip –prinsip pemilihan paradigma penelitian?
6.    Apa kegunaan (manfaat) penelitian?


1.3    Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian dan paradigma penelitian pendidikan?
2.    Untuk mengetahui 7 karekteristik penelitan pendidikan.
3.    Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian.
4.    Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian
5.    Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip pemilihan paradigma penelitian?
6.    Untuk mengetahui apa kegunaan (manfaat) penelitian?








BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pengertian penelitian dan paradigma penelitian pendidikan
Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode penelitian adakalanya juga disebut “metodologi penelitian” (sebenarnya kurang tepat tetapi banyak digunakan), dalam makna yang lebih luas bias berarti “desain” atau rancangan penelitian.
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. McMilan dan Schumacher Mengutip pendapat Walberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu (1) mengindetifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksanaan.
     Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.
Dalam referensi penelitian, istilah yang digunakan itu menyebut paradigma beragam, ada yang menggunakan paradigma, tipe, atau desain. Belum lagi dikacaukan dengan metodologi dan metode. Paradigma (paradigm) bersifat perspektif atau berisi pandangan-pandangan penelitian sejalan dengan paradigma yang dipilih.

2.2    Karakteristik Penelitian Pendidikan
        Dapat dikemukakan beberapa karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :
1.    Objektivitas
Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya, 
 penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan dibuat 
interprestasi yang dapat dipertanggungjawabkan.  Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang 
dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.

2.    Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), secara teknis instrument pengumpulan 
datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain penelitian, pengambilan 
dampel dan teknik anasisnya tepat.

3.    Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi , dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan di ulang dengan cara yang 
sama atau berbeda. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.

4.    Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan
menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah 
mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat.

5.    Empiris
Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris kesimpulan 
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunkan metode penelitian yang 
sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan.

6.    Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan proses berpikir, 
menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif atau deduktif.

7.    Kesimpulan Kondisional
Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolute. Penelitian perilaku, dan juga ilmu kealaman, tidak 
menghasilkan kepastian, sekalipun kepastian relative.

2.3     Langkah –langkah Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa langkah. Langkah ini bukan suatu yang sekuensial atau langkah-langkah yang harus diikuti secara kaku. Proses  penelitian adalah sesuatu kegiatan interaktif antara penelitian dengan logika, masalah, desain dan interprestasi. Adapun langkah-langkah penelitian yaitu
1.    Mengidentifikasi masalah
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting (esensial), 
hangat (actual), dan mendesak (krusail) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak arti atau 
kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti.
2.    Merumuskan dan membatasi masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan factor-faktor, atau variable-variabel yang 
terkait dengan focus masalah.
3.    Melakukan studi keperpustakaan
Studi keperpustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian, 
baik teori yang berkenanan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun metodologi.
4.    Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian
Rumusan hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan 
pengolahan data statistic inferensial.
5.    Menentukan desain dan metode penelitian
Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian, dengan menggunakan 
pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta 
alasan-alasan mengapa menggunakan metode tersebut.
6.    Menyusun instrument dan mengumpulkan data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh, 
segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian.
7.    Menganalisis data dan menyajikan hasil
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau 
menganalisis data.
8.    Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.
Interprestasi dibuat dengan melihat makna hubungan anatara temuan yang satu dengan yang lainnya, 
antara temukan dengan konteks tau hal-hal yang melatarbelakanginya, dengan teori yang 
mendukungnnya ataupun dengan kemungkinan penerapannya.
Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpresrasi temuan penelitian.
Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam 
memanfaatkan hasil-hasil penelitian.


2.4    Jenis – Jenis penelitian
@  Berdasarkan Pendekatan :
1.         Penelitian Kuantitatif
Paradigma penelitian kualitatif adalah paradigma penelitian yang berisi pandangan-pandangan atau keyakinan bahwa fokus penelitian adalah kualitas (hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut di antaranya adalah fenomenologi dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah kerja lapangan, etnografis, grounded, tujuannya adalah pemahaman, deskripsi, temuan, dan pemunculan hipotesis, desain yang digunakan bersifat lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis, latar penelitiannya alamiah, sumber data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak, pengumpulan data dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama, modus analisis induktif, dan temuannya komprehensif dan holistik serta mementingkan transferabilitas (Alwasilah, 2002).
Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada postpositivisme. Penelitian kuantitatif mencakup penelitian survai, deskriptif causal comparative, retrospektif (ex-post facto), pre-experimental, quasi-experimental, true experimental, korelasional, dan eksperimen kompleks dengan banyak variabel dan perlakuan (seperti desain faktorial dan desain pengukuran berulang).
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan untuk menguji teori.
Ciri Paradigma penelitian kuantitatif :
a.        Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.
b.      Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
c.       Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
d.      Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
e.       Bebas nilai dan tidak bias.
f.       Pendekatan deduktif.
g.       Pengujian teori dan analisis kuantitatif.

2.      Penelitian Kualitatif
Paradigma penelitian kuantitatif adalah paradigma penelitian yang mempunyai keyakinan bahwa fokus penelitian merujuk kepada kuantitas (berapa banyak) dengan menggunakan landasan filsafat positivisme dan empirisme. Kegiatan penelitian ini di antaranya dilakukan melalui eksperimen dengan menggunakan analisis statistik. Tujuan penelitian diarahkan kepada deskripsi, prediksi, kontrol, dan pebuktian hipotesis. Desain ditentukan lebih awal dan cenderung terstruktur ”sempurna” dengan menggunakan sampel besar, acak, dan representatif. Pengumpulan data menggunakan tes, skala angka, survei, kuesener, dan hasilnya dianalisis menggunakan statistik untuk memperoleh temuan yang persis untuk melakukan generalisasi.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan teori.

Ciri paradigma penelitian kualitatif :
a.       Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
b.      Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.
c.       Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak.
d.      Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e.       Tidak bebas nilai dan bias.
f.       Pendekatan induktif.
g.       Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.

@  Berdasarkan Fungsi :
1.    Penelitian Dasar 
Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research atau pure research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan tentang fenomena yang diamati. (wibisono, 2002: 4-5).
Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori yaitu:
  •   Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan tertentu.
  • Penelitian induktif,yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian dasar  lebih  diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan,  dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial.  Hasil penelitian dasar mungkin belum  dapat  dimanfaatkan  secara  langsung  akan  tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk  menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar,  hukum-hukum ilmiah,  serta untuk  meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).
Tingkat  generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis.  Contoh penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.

2.      Penelitian Terapan
Penelitian terapan berbeda dengan penelitian dasar, penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis. Penelitian terapan dibedakan atas:
  •  Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.
  • Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.
Penelitian terapan  atau  applied research  dilakukan  berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan,  dan pengembangan  ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata.
Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu  atau  kelompok maupun  untuk  keperluan industri atau  politikdan  bukan untuk wawasan keilmuan  semata  (Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah  satu jenis  penelitian yang hasilnya dapat  secara langsung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam bidang-bidang tertentu.  Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi.
Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan, atau  teknologi.  Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis.
Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu  penelitian kebijakan  (Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan  berawal  dari  permasalahan praktik dengan maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil penelitian  biasanya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan.

3.      Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini  dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan  suatu program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/  lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian evaluatif  dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi,  yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui apakah implementasi program  yang  telah  direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya.
Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan didapatkan  kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut,  penelitian evaluatif  dimaksudkan untuk membantu perencana dalam pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan  atas  keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman  suatu program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif dalam  bidang  pendidikan  misalnya evaluasi  kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.
Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi  adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata dengan kriteria  (kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar  melakukan evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar  sehingga dapat  dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan  makna  tersebut, penelitian evaluatif  harus  memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006):
1.     Proses kegiatan  penelitian tidak menyimpang dari  kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
2.      Dalam melaksanakan  evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3.       Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
4.      Menggunakan standar, kriteria,  dan  tolok ukur  yang jelas untuk setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan dan kelemahan program.
5.   Agar  informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana  dari  program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program yang dievaluasi.
6.     Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7.     Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.

@  Berdasarkan Tujuan
1.      Penelitian Deskriftif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian  berlangsung.  Melalui  penelitian deskriptif,  peneliti berusaha  mendeskripsikan  peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian  tanpa  memberikan  perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal  (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.
Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya.  Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.         Perumusan masalah.  Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari  menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi  kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel.
2.         Menentukan jenis informasi yang diperlukan.  Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.
3.         Menentukan prosedur pengumpulan data.  Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai langkah-langkah guru mengajar, alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai  adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas,  permasalahan penelitian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
4.         Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data.  Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
5.         Menarik kesimpulan penelitian.  Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
2.       Penelitian Prediktif
Tipe lain dari penelitian pengetahuan adalah yang mencakup ramalan (prediksi), yaitu kecakapan meramalkan fenomena (gejala) yang akan terjadi pada waktu tertentu dengan menggunakan informasi dari waktu sebelumnya. Banyak studi-studi ramalan telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang meramalkan keberhasilan para siswa di sekolah dan dunia kerja.
Tujuan lain dari penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi para siswa yang mungkin tidak akan berhasil pada urutan berikutnya sehingga dengan demikian program pencegahan dapat dilembagakan. Sebagai contoh, dengan mengumpulkan berbagai informasi yang berbeda mengenai para siswa di kelas enam, dan mengamatinya sampai mereka lulus dari sekolah menengah atau drop out, para peneliti dapat menentukan informasi mana yang memberikan prediksi paling baik. Pengetahuan prediksi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi para siswa kelas enam yang memiliki risiko drop out.
3.      Penelitian Improftif
Penelitian inproftif (improvetive reasearch) ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program.
Secara umum, studi penelitian improftif ini direncanakan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai intervensi-intervensi yang mengontrol fenomena-fenomena penting. Sebagai contoh, seorang ahli fisiologi menempatkan suatu elektroda yang ditanamkan pada otak seekor tikus untuk mengetahui apakah intervensi (campur tangan) tersebut mempengaruhi aktivitas otak tikus. Apabila penempatan elektroda pada otak tikus tersebut (intervensi X) mempengaruhi aktivitas otak utama tikus (gejala Y), kita mengatakan bahwa penempatan electroda tersebut “mengontrol” aktivitas otak. Karena umumnya intervensi dalam penelitian pendidikan bertujuan untuk meningkatkkan nilai outcome seperti pengetahuan para siswa, kita  mengatakan bahwa penelitian ini diorientasikan pada peningkatan (daripada pengontrolan).
Banyak studi penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi intervensi atau faktor-faktor yang ditranformasikan sebagai intervensi untuk meningkatkan pencapaian/prestasi akademik para siswa. Herbert Walberg dan kawan-kawannya telah mensistesis hampir 3.000 studi semacam ini untuk mengidentifikasi potensi intervensi yang dapat meningkatkan performan para siswa dengan melakukan bermacam-macam pengukuran terhadap prestasi akademik. Sintesis Walberg mengenai penelitian ini menunjukkan bahwa para peneliti pendidikan telah menemukan beberapa intervensi yang efektif untuk meningkatkan prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan intervensi-intervensi lain yang membuat pendidikan lebih efektif melalui setting pendidikan yang berbeda dan untuk tipe-tipe siswa yang berbeda pula.
4.      Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (penjelasan) merupakan yang paling penting dari seluruh penelitian lainnya. Dengan arti tipe pengetahuan ini mencakup tiga pengetahuan  lainnya. Jika para peneliti dapat menjelaskan satu perangkat fenomena, artinya mereka dapat mendeskripsikan, meramalkan, dan mengontrol fenomena dengan tingkat kepastian dan akurasi yang tinggi. Penelitian eksplanasi memberikan teori-teori mengenai gejala-gejala yang akan diselidiki. Banyak teori-teori penting yang telah dikembangkan oleh para peneliti pendidikan. Sebagai contoh adalah teori produktivitas pendidikan yang telah dikembangkan oleh Herbert Walberg. Teori tersebut, memiliki persamaan dengan teori yang dikembangkan oleh Benyamin Bloom, John carroll, Robert Glaser, dan lainnya yang berusaha menjelaskan mengapa beberapa siswa belajar lebih banyak dari siswa lainnya dan bagaimana belajar dapat ditambah. Ilmu pengetahuan teoritis merupakan sesuatu yang penting kerena akan memberikan “formula” yang lebih ringkas untuk meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang menyangkut individu-individu yang berbeda , setting, dan kejadian pada waktu yang berbeda.
Herberg Walberg (dalam Walter R. Berg) memberikan summary bahwa penelitian pendidikan menghasilkan empat jenis pengetahuan penting yaitu: deskripsi mengenai fenomena pendidikan; prediksi mengenai fenomena pendidikan; informasi mengenai pengaruh-pengaruh dari peningkatan-yang berorientasi intervensi; dan teori-teori. Dalam merefleksikan kerja mereka, para peneliti pendidikan memelihara pengembangan ilmu pengetahuan baru mengenai bagaimana merencanakan dan melaksanakan penelitian.

2.5    Prinsip-prinsip pemilihan paradigma penelitian
Prinsip umum pemilihan paradigma penelitian adalah pilihlah paradigma penelitian sesuai dengan kebutuhan, yakni sesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, masalah yang akan dipecahkan, dan karakteristik data yang akan dikumpulkan. Paradigma yang dipilih diabdikan kepada pencapaian tujuan penelitian, pemecahan masalah, dan karakteristik data yang akan dikumpulkan.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal, interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk mengembangkan teori. Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan untuk menguji teori. Paradigma penelitian kualitatif-kuantitatif dipilih bila penelitian itu membutuhkan cara-cara kualitatif dan kuantitatif sekaligus untuk menjelaskan fenomena dan tujuan penelitian. 

2.6    Kegunaan (Manfaat) Penelitian
Manfaat atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian. Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta seseorang untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Contoh Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1.      Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas.
2.      Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
3.      Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif.
4.      Bagi Guru atau Calon Peneliti
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.
5.      Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.






BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori sedangkan Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :Objektivitas, Ketepatan, Verifikasi, Penjelasan Ringkas, Empiris, Penalaran Logis, Kesimpulan Kondisional.
Adapun langkah-langkah penelitian yaitu Mengidentifikasi masalah, Merumuskan dan membatasi masalah, Melakukan studi keperpustakaan, Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian, Menentukan desain dan metode penelitian, Menyusun instrument dan mengumpulkan data, Menganalisis data dan menyajikan hasil, Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.
Jenis – Jenis penelitian Berdasarkan Pendekatan yaitu Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif.  Berdasarkan Fungsi yaitu Penelitian Dasar, Penelitian Terapan, Penelitian Evaluatif. Berdasarkan Tujuan yaitu Penelitian Deskriftif, Penelitian Prediktif, Penelitian Improftif, Penelitian Eksplanatif

3.2    SARAN  
Saran bagi pembaca agar lebih memahami tentang paradigma penelitian pendidikan sehingga mampu menjadi calon pendidik yang mampu mencerdaskan siswa/siswinya dalam menjelaskan teori mengenai paradigma penelitian pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA


http://puterimarissa2.blogspot.com/2013/02/paradigma-penelitian-pendidikan. html

http://wayanweb.wordpress.com/ptk/pendahuluan/kegunaan-hasil-penelitian/

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya

 







5 komentar:

  1. terimakasih ia pledis, atas bahan anda, sehinga saya bisa mempelajari lebih dalam tentang pradikma islam

    BalasHapus
  2. mas tolong di ralat, itu penempatan pengertian tentang paradigma penelitian kuantitatif sama kualitatif ke balik.

    BalasHapus
  3. akhy Faisal@ sama2.. alhamdulilah klu blog nya dapat bermanfaat buat kk dan terimakash karena sudah komen di blog des.:)
    aldi bagusS@ oiya terbalik ya.. maksh saran nya,, :)

    BalasHapus
  4. subhanallah, ini sangat bermanfaat bagi saya mbak desi...saya izin copas dengan beberapa perubahan redaksi ya..untuk presentasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ok pak,, dan alhamdulilah klu tulisan ini bermanfaat bagi pak abdul aziz..:)

      Hapus